Konon , uang Seribu Rupiah dan Seratus ribu Rupiah memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak dengan bahan dan alat-alat yang oke.
Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun 6 bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di laci pedagang permata di sebuah pasar Martapura
Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :"Ya, ampiiiuunnnn. .......... darimana saja kamu, Pren? (maksudnya sih Friend...) Baru 6 bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan...... bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ..... Ada apa denganmu?" Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :
"Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, aku hanya sebentar ikut naik pesawat dan tiga hari saja aku berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur , tukang bubur, kadang di tukang perahu klotok .
Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen , paling sering di saku tukang parkir . Dari tukang parkir sebentar aku nyaman di laci tukang penjual wadaey . Dari penjual wadaey saya berpindah ke dompet penjual ikan seluang (hey .. kawan knal ga seluang ? pasti ga knal !!) seluang itu nama ikan laut khas di Banjarmasin loh .
Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya aku bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ......"
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.: "Wah, sedih sekali perjalananmu, pren ! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum, sebentar aku terbang ke Jakarta, bandung, sebentar terbang ke kota besar lainnya.
Sering aku diam di dompet seorang wanita cantik. Hmmm...dompetnya harum sekali. Setelah dari sana , aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. apalagi waktu di Bali sering aku di kantong celana turis - turis (hey...pren tau ga turis ? pasti kmu jarang ketemu kan ! )
Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan...... aku jarang lho,... ketemu sama teman-temanmu. "
Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : "Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman. Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!"
"Apa itu !" apa itu ! pren ?, uang seratus ribu penasaran.
"Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di masjid atau di tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap jumat aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat teman - teman kamu disana....."
by anonim